Jumat, 30 Maret 2012

TUGAS REVIEW BALANCED SCORE CARD SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN EKA 405

TUGAS REVIEW BALANCED SCORE CARD
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

Nama : Randy Dwy Satya
Nim : 2009 12 117

Definisi Balanced Scorecard

Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.

kekurangan-kekurangan  yang dihadapai aspek financial dalam mengukur kinerja adalah antara lain:
  1. Memberikan informasi yang kurang tepat untuk pengambilan keputusan.
  2. Gagal untuk mempertimbangkan kebutuhan organisasi saat ini dan strategi.
  3. Mendorong berpikir jangka pendek dan suboptimisasi
  4. Memainkan biola kedua persyaratan akuntansi keuangan.
  5. Menyediakan informasi yang tidak tepat untuk alokasi biaya dan pengendalian investasi.
  6. Melengkapi informasi abstrak ke karyawan.
  7. Kurang memperhatikan lingkungan bisnis.
  8. Dapat memberikan informasi yang tidak tepat.
Keunggulan Balanced Scorecard
Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001, p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang dan (4) terukur

Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

1. Perspektif Keuangan

BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000).
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
Ada 2 kelompok pengukuran dalam
perspektif pelanggan, yaitu:

1. Kelompok pengukuran inti icore measurement group).
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Dalam kelompok pengukuran inti, kita mengenal lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yang dipertahankan), kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.

2. Kelompok pengukuran nilai pelanggan {customer value proposition).
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi.

3. PerspektifProses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums (Simon, 1999).
Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip dasar, yaitu:
1. Proses inovasi.
2. Proses operasi.
3. Pelayananpumajual.


4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.
Penting bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk/jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan usaha harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

1. Kapabilitas pekerja.
  a. Kepuasan pekerja.
  b. Retensi pekerja.
  c. Produktivitas pekerja.
2. Kapabilitas sistem informasi.
3. Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.
Dorongan untuk menyusun sebuah Balanced Scorecard dapat timbul dari kebutuhan untuk:
1. mengklarifikasi dan memperoleh konsensus tentang visi dan strategi,
2. membangun sebuah tim manajemen,
3. mengkomunikasikan strategi,
4. mengaitkan imbalan dengan pencapaian tujuan strategis,
5. menentukan target strategis,
6. menyelaraskan sumber daya dengan inisiatif strategis,
7. mempertahankan investasi di dalam aktiva intelektual dan tidak berwujud, atau
8. menyediakan dasar bagi pembelajaran strategis.
Menurut Chow et al., keunggulan Balanced Scorecard adalah:
1. Balanced Scorecard puts strategy, structure, and vision at the center of management’s focus.
2. Balanced Scorecard emphasizes an integrated combination of traditional and nontradisional performance measure.
3. Balanced Scorecard keeps management focused on the entire business process and helps ensure that actual current operating performance is in the line with long term strategy and customer values.
Sedangkan menurut Mulyadi, Balanced Scorecard memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. komprehensif;
2. koheren;
3. seimbang;
4. terukur.
Bangunan Balanced Scorecard dimulai dari visi perusahaan. Visi di sini adalah situasi masa depan perusahaan yang diinginkan. Kemudian visi ini diuraikan dalam perspektif-perspektif pengukuran.
Kaplan menyarankan untuk menggunakan proses yang telah ditempuh oleh Mobil NAM&R dalam membangun scorecard-nya sehingga menjadi organisasi yang fokus terhadap strategi dan leading dalam industrinya. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Assess the competitive environment.
2. Learn about customer preferences and segments.
3. Develop a strategy to generate breakthrough financial performance.
4. Articulate the balance between growth and productivity.
5. Select the targeted customer segments.
6. Determine the value preposition for the targeted customers.
7. Identify the critical internal business processes to deliver the value proposition. to customers and for financial cost and productivity objectives.
8. Develop the skills, competencies, motivation, databases, and technology required to excel at internal processes and customer value delivery.
Walaupun tidak ada standar yang seragam untuk mengevaluasi penyusunan atau penerapan suatu Balanced Scorecard, Olve et al. telah mengidentifikasi keadaan yang menunjukkan penerapan Balanced Scorecard yang berhasil sebagai berikut:
1. Support and Participation
2. Priority
3. Composition of the Project Group
4. Coverage of the Project
5. Basing the Scorecard on the Company’s Strategy
6. Clearly and Consistently Defined Measures
7. Balance and Cause-and-Effect Relationship between Measures
8. Setting Goals
9. Relationship to Existing Control Systems
10. Ensuring the Feasibility of Measures and Measurements
11. IT-based Presentation and Support Systems
12. Training and Information
13. Development of Learning Organization
14. Following up the Concept 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar